Pelajaran Berharga Seputar Mengakui Nikmat Allah
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2015/04/pelajaran-berharga-seputar-mengakui_26.html
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ ثَلَاثَةً مِنْ
بَنِي إِسْرَائِيلَ: أَبْرَصَ، وَأَقْرَعَ، وَأَعْمَى. فَأَرَادَ اللهُ أَنْ
يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، فَأَتَى الْأَبْرَصَ، فَقَالَ:
أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ،
وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ بِهِ. قَالَ: فَمَسَحَهُ،
فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، وَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا، قَالَ:
فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْإِبِلُ أَوِ الْبَقَرُ -شَكَّ
إِسْحَاقُ- فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، وَقَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيهَا.
قَالَ: فَأَتَى الْأَقْرَعَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ
أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ
قَذَرَنِي النَّاسُ بِهِ، فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ، وَأُعْطِيَ شَعْرًا
حَسَنًا، فَقَالَ: أَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْبَقَرُ أَوِ
الْإِبِلُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلاً، قَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيهَا.
فَأَتَى الْأَعْمَى، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ
إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْ يَرُدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرَ بِهِ النَّاسَ،
فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ: فَأَيِّ المَالِ أَحَبُّ
إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْغَنَمُ، فَأُعْطِيَ شَاةً وَالِدًا؛ فَأَنْتَجَ هَذَانِ
وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وادٍ مِنَ الْإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ
الْبَقَرِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ،
قَالَ: ثُمَّ أَنَّهُ أَتَى الْأبْرَصَ فِي
صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ. فقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِينٌ، قَدْ انْقَطَعَتْ بِيَ
الْحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلَا بَلَاغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلَّا باللهِ ثُمَّ بِكَ،
أَسْألُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ، وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ،
وَالمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ: الْحُقُوقُ
كَثِيرَةٌ. فَقَالَ لَهُ: كَأَنِّي أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذِرُكَ
النَّاسُ، فَقِيرًا، فَأَعْطَاكَ اللهُ المَالَ؟ فَقَالَ: إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا
المَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيّرَكَ اللهُ
إِلَى مَا كُنْتَ.
وَأَتَى الْأَقْرَعَ فِي صُورَتِهِ، َفقَالَ لَهُ
مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا،
فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.
قَالَ: وَأَتَى الْأَعْمَى فِي صُورَتِهِ، فَقَالَ:
رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ، قَدْ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي،
فَلَا بَلَاغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلَّا بِاللهِ ثُمَّ بِكَ. أَسْأَلُكَ بِالَّذِي
رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي، فَقَالَ: كُنْتُ
أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ،
فَوَاللهِ لَا أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ للهِ.
فقَالَ: أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ
فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ، وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ.
“Sesungguhnya
ada tiga orang dari Bani Israil: penderita penyakit belang, orang botak, dan
orang buta. Allah ingin menguji mereka bertiga maka diutuslah kepada mereka
seorang malaikat. Oleh karena itu, datanglah malaikat itu kepada penderita
penyakit belang seraya bertanya kepada orang tersebut, ‘Hal apa yang paling
engkau inginkan?’
Orang
tersebut menjawab, ‘Rupa yang elok, kulit yang bagus, dan agar sesuatu yang
menjadikan orang-orang merasa jijik terhadapku itu hilang dariku.’
Oleh
karena itu, sang malaikat mengusap penderita penyakit belang itu sehingga
hilanglah penyakit yang dia derita serta diberikanlah rupa yang elok dan kulit
yang bagus kepadanya. Malaikat itu pun bertanya lagi kepada orang tersebut,
‘Kekayaan apa yang paling engkau senangi?’
Orang
tersebut menjawab, ‘Unta atau sapi,’ -ada keraguan dari Ishaq-. Maka
diberikanlah seekor unta bunting kepadanya seraya didoakan, ‘Semoga Allah
melimpahkan keberkahan bagimu pada unta ini.’
Kemudian,
malaikat itu mendatangi orang botak dan bertanya kepada orang tersebut, ‘Hal
apa yang paling engkau inginkan?’
Orang
tersebut menjawab, ‘Rambut yang indah, dan agar sesuatu yang menjadikan
orang-orang merasa jijik terhadapku itu hilang dariku.’
Oleh
karena itu, malaikat itu mengusapnya sehingga hilanglah penyakitnya, lalu ia
diberi rambut yang indah. Malaikat itu pun bertanya lagi kepadanya, ‘Kekayaan
apa yang paling kamu senangi?’
Orang
tersebut menjawab, ‘Sapi.’
Maka
diberikan seekor sapi bunting kepadanya sembari didoakan, ‘Semoga Allah
melimpahkan keberkahan untukmu pada sapi ini.’
Kemudian,
malaikat itu mendatangi orang buta seraya bertanya kepada orang tersebut, ‘Hal
apa yang paling engkau inginkan?’
Orang
tersebut menjawab, ‘Kalau Allah mengembalikan peng¬lihatanku sehingga aku bisa
melihat orang-orang.’
Oleh
karena itu, malaikat itu mengusapnya sehingga seketika itu pun Allah
mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya, ‘Kekayaan
apa yang paling engkau senangi?’
Orang
tersebut menjawab, ‘Kambing.’ Maka diberikan seekor kambing yang bunting
kepadanya.
Lalu,
berkembang biaklah unta, sapi, dan kambing tersebut sehingga orang pertama
memiliki selembah unta, orang kedua mempunyai selembah sapi, dan orang ketiga
mempunyai selembah kambing.
Kemudian,
datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelum¬nya menderita penyakit belang
dengan bentuk dan penampilan menyerupai dirinya (ketika masih belang) sambil berkata,
‘Aku orang miskin. Bekalku telah habis dalam perjalananku sehingga, pada hari
ini, tiada lagi jalan bagiku untuk sampai ke tujuanku, kecuali dengan
pertolongan Allah kemudian dengan per¬tolonganmu. Demi Allah yang telah memberi
rupa yang elok, kulit yang indah, dan kekayaan ini kepadamu, aku meminta seekor
unta saja kepadamu untuk bekal melanjutkan per¬jalananku.’
Namun, orang itu menjawab, ‘Tanggunganku banyak.’
Namun, orang itu menjawab, ‘Tanggunganku banyak.’
Malaikat
itu berkata, ‘Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah anda ini yang dahulu menderita
belang, orang-orang jijik ter¬hadapmu, dan engkau melarat, tetapi Allah
memberimu kekayaan?’
Orang
itu malah mengatakan, ‘Sungguh harta kekayaan ini hanyalah kuwarisi secara
turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat.’
Maka malaikat itu berkata kepadanya, ‘Jika anda berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang semula.’
Maka malaikat itu berkata kepadanya, ‘Jika anda berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang semula.’
Lalu,
malaikat itu mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan
menyerupai keadaannya ketika itu. Ia berkata kepada orang itu seperti yang
dikatakan kepada orang yang pernah menderita belang, dan orang itu menjawab
sebagaimana jawaban orang pertama. Maka berkatalah malaikat itu kepadanya,
‘Jika anda berdusta, semoga Allah mengembali¬kanmu kepada keadaanmu yang
semula.’
Kemudian,
malaikat itu mendatangi orang yang sebelumnya buta dengan menyerupai keadaan
dirinya dahulu, dan berkata kepadanya, ‘Aku orang miskin yang sedang berada
dalam per¬jalanan. Bekal telah habis dalam perjalananku sehingga, pada hari
ini, tiada lagi jalan untuk sampai ke tujuanku, kecuali dengan pertolongan
Allah, kemudian dengan pertolonganmu. Demi Allah yang telah mengembalikan
penglihatanmu, aku meminta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan
per¬jalananku.’
Orang
itu menjawab, ‘Sungguh dahulu aku buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku
maka ambillah apa saja yang anda suka dan tinggalkan apa saja yang anda suka.
Demi Allah, aku tidak akan memberatkanmu dengan apa saja yang anda ambil karena
Allah.’
Maka,
malaikat itu berkata, ‘Peganglah kekayaan anda karena sesungguhnya kalian ini
hanya diuji oleh Allah, maka Allah telah ridha terhadapmu, tetapi murka
terhadap kedua temanmu.’.” Dikeluarkan oleh keduanya (Al-Bukhâry dan
Muslim).
Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang tiga orang yang masing-masing
ditimpa penyakit pada jasmaninya dan kefaqiran dari harta. Kemudian Allah
Subhânahu ingin menguji mereka. Maka Allah menghilangkan semua penyakit yang
menimpa mereka dan memberikan kepada mereka harta. Kemudian Allah mengutus
kepada masing-masing dari mereka seorang malaikat dengan penampilan seperti
keadaan mereka yang pertama dengan penyakit belang, gundul dan buta serta
faqir, untuk meminta pertolongan berupa sesuatu yang ringan. Maka di sinilah
tersingkapnya rahasia-rahasia mereka dan tampak jelasnya hakikat siapa mereka.
Orang
yang buta mengakui nikmat-nikmat Allah atas dirinya dan enisbahkannya
kepada yang memberikannya nikmat tersebut. Maka dia telah menunaikan hak Allah
pada nikmat-nikmat itu sehinga ia berhak mendapatkan keridhaan dari Allah.
Adapun dua orang lainnya, mereka mengkufuri nikmat Allah yang diberikan kepada
keduanya dan menolak (mengakui) keutamaan Allah, sehingga keduanya berhak
mendapatkan kemurkaan (Allah) karena hal tersebut.
Bahwa pada hadits ini terdapat penjelasan tentang keadaan orang yang mengkufuri nikmat Allah dan keadaan orang yang mensyukurinya.
Bahwa pada hadits ini terdapat penjelasan tentang keadaan orang yang mengkufuri nikmat Allah dan keadaan orang yang mensyukurinya.
Faedah
Hadits
1.
Kewajiban mensyukuri nikmat harta dan menunaikan hak Allah pada (harta)
tersebut.
2.
Keharaman kufur nikmat dan tidak memberikan hak Allah pada harta.
3.
Kebolehan menyebut keadaan umat-umat terdahulu guna dijadikan sebagai nasihat
pelajaran oleh orang-orang yang mendengarnya.
4.
Bahwa Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan kenikmatan-kenikmatan.
5.
Disyariatkannya mengucapkan, “Dengan Allah kemudian dengan engkau,” sehingga
jadilah kata sambungnya berupa kemudian, bukan berupa dan, dalam ungkapan yang
seperti ini.
[Diringkas
dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Tag:
nikmat, syukur, mensyukuri nikmat, nikmat Allah