Menolong Seorang Muslim Adalah Amal Shalih yang Agung
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2016/02/menolong-seorang-muslim-adalah-amal.html
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ
عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ
عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ
فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ
اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ
مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ،
إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ
بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Barangsiapa
melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan
darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang
kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi
aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah
akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong
saudaranya.
Dan barangsiapa
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga dengan ilmu tersebut , dan tidaklah ada satu kaum yang
berkumpul di rumah Allah; membaca kitab Allah dan saling mengajarkannya di
antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dicurahkan kepada
mereka rahmat, malaikat meliputi mereka dan Allah menyebut mereka di hadapan
malaikat yang ada di sisi-Nya.
Barangsiapa
yang lambat amalannya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
[HR. Muslim
dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
#Beberapa_Pelajaran:
1) Hadits yang
mulia ini menjelaskan keutamaan-keutamaan besar yang akan diraih seorang hamba
apabila ia selalu menolong saudara-saudaranya kaum mukminin, yaitu ia akan
meraih pertolongan Allah jalla wa ‘ala di dunia dan akhirat, dan sungguh
seorang hamba sangat membutuhkan pertolongan Allah ta’ala, tidak akan mungkin
seorang hamba meraih kebaikan apa pun tanpa pertolongan-Nya, apakah kebaikan di
dunia terlebih di akhirat kelak, di hari yang tidak ada perlindungan kecuali
perlindungan-Nya, di hari ketika harta benda dan jabatan tiada lagi bermanfaat
kecuali amal-amal shalih.
Sahabat yang
Mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,
يُحْشَرُ
النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْرَى مَا كَانُوا قَطُّ، وَأَجْوَعُ مَا كَانُوا
قَطُّ، وَأَظْمَأُ مَا كَانُوا قَطُّ، وَأَنْصَبُ مَا كَانُوا قَطُّ، فَمَنْ كَسَا
لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ كَسَاهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَطْعَمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
أَطْعَمَهُ اللَّهُ، وَمَنْ سَقَى لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ سَقَاهُ اللَّهُ، وَمَنْ
عَفَا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَعْفَاهُ اللَّهُ.
“Manusia akan
dikumpulkan di hari kiamat dalam keadaan sangat membutuhkan pakaian, sangat
kelaparan, sangat kehausan dan sangat kepayahan melebihi yang pernah mereka
rasakan (di dunia), maka siapa yang (ketika di dunia) pernah memberi pakaian
karena Allah ‘azza wa jalla, Allah akan memakaikan pakaian kepadanya, siapa
yang pernah memberi makan karena Allah ‘azza wa jalla, Allah akan memberi makan
kepadanya, siapa yang pernah memberi minum karena Allah ‘azza wa jalla, Allah
akan memberi minum kepadanya, siapa yang pernah memaafkan karena Allah ‘azza wa
jalla, Allah akan menjadikan manusia memaafkan kezalimannya.” [Jaami’ul ‘Uluumi
wal Hikam, 2/287]
2) Menolong
seorang mukmin dan menghilangkan kesusahannya adalah amalan yang dicintai Allah
tabaraka wa ta’ala, menunjukkan bahwa itu termasuk amal shalih yang sangat
agung, yang menyebabkan kecintaan Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang yang
mengamalkannya.
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ
الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ
تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي عَنْهُ
دَيْنًا
“Amalan yang
paling dicintai Allah ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau
engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau
membayarkan hutangnya.” [HR. Abusy Syaikh dalam Ats-Tsawaab dari Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 955]
Menghilangkan
kesusahan seekor anjing saja, menjadi sebab seorang pelacur mendapatkan ampunan
Allah ta’ala, terlebih lagi menghilangkan kesusahan seorang mukmin.
Dan apabila
menghilangkan kesusahan seorang mukmin di dunia keutamaannya sangat besar, maka
menghilangkan kesusahannya di akhirat tentu lebih besar lagi, yaitu dengan
mengajarkan tauhid dan sunnah kepadanya, serta melarangnya dari melakukan syirik
dan bid’ah.
Asy-Syaikh
Al-‘Allamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah pernah berkata dalam
salah satu ceramah beliau,
إذا كان الله
غفر للمراة البغي لما سقت الكلب الماء وهو يلهث وفي أمس الحاجة إليه فكيف بمن يسقي
الناس التوحيد وهم في أمس الحاجة إليه
“Jika Allah
mengampuni seorang wanita pelacur karena ia memberi minum seekor anjing yang
kehausan dan sangat butuh minum, bagaimana dengan orang yang memberi minum
(mengajarkan) tauhid kepada manusia dalam keadaan mereka sangat
membutuhkannya.”
3) Kewajiban
menjaga dan menguatkan persaudaraan antara kaum mukminin dengan saling
memperhatikan dan tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Allah ta’ala
berfirman,
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
[Al-Hujurat: 10]
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ المُؤْمِنَ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin
dengan mukmin yang lain bagaikan sebuah bangunan, satu dengan yang lainnya
saling menguatkan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari
radhiyallahu’anhu]
Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan
orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi dan berlemah
lembut di antara mereka bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota tubuh
yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit hingga tidak bisa tidur
dan merasa demam.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu’man bin Basyir
radhiyallahu’anhu]
4) Hadits yang
mulia ini juga menerangkan keutamaan ilmu dan penuntut ilmu, serta hubungannya
yang sangat erat dengan iman dan kasih sayang terhadap kaum mukminin.
Bahwa menuntut
ilmu agama, yaitu ilmu tentang Allah ta’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan
syari’at-Nya, akan mengokohkan keimanan dalam diri seorang hamba, kemudian
melahirkan amal shalih, kemudian dengan iman dan amal shalih, seorang hamba
akan meraih rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga ia selamat dari azab
neraka dan masuk surga.
Dan apabila
menguat keimanan dalam diri seseorang, menguat pula kecintaannya kepada kaum
mukminin. Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah
berkata,
كلَّما قوي
إيمان الشَّخص قويت رحمته بإخوانه فقوَّتها في العبد من قوة إيمانه، وضعفها من ضعف
إيمانه، وهـذا ظاهر في قوله عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: «مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ»، وذلك أنَّ إلـاهنا المقصود المعبود رحيم يحب الرحماء ودِيننا دين
الرَّحمة، ونبيّنا نبيّ الرّحمة، وكتابنا القران كتاب الرحمة، والله نعت عباده
المؤمنين فيه بقوله: {رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ{.
“Setiap kali
menguat iman seseorang, menguat pula kasih sayangnya terhadap
saudara-saudaranya seagama, karena kuatnya sifat kasih sayang berasal dari
kekuatan imannya dan lemahnya sifat tersebut berasal dari kelemahan imannya.
Ini jelas dalam sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ
“Perumpamaan
kaum mukminin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan berlemah lembut
bagaikan satu tubuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu’man bin Basyir
radhiyallahu’anhuma)
Demikian itu
karena Allah yang kita sembah adalah Maha Penyayang; mencintai orang-orang yang
penyayang, agama kita adalah agama kasih sayang, Nabi kita seorang yang
penyayang, kitab kita Al-Qur’an adalah kitab kasih sayang, dan Allah
mensifatkan hamba-hamba-Nya yang beriman dalam kitab-Nya dengan firman-Nya,
رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ
“Mereka (orang-orang
yang beriman) saling berkasih sayang di antara mereka.” (Al-Fath: 29).”
[Fawaaid Mukhtashoroh min Mauqi’ Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin
Al-Badr hafizhahullah]
5) Peringatan
untuk tidak tertipu dengan kemuliaan nasab dan kehebatan nenek moyang, karena
yang meninggikan derajat seseorang adalah amal-amal shalihnya sendiri, bukan
karena nasab dan keturunan.
Al-Hafiz Ibnu
Rajab rahimahullah berkata,
قَوْلُهُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبُهُ» : مَعْنَاهُ أَنَّ الْعَمَلَ هُوَ الَّذِي يَبْلُغُ بِالْعَبْدِ
دَرَجَاتِ الْآخِرَةِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا
عَمِلُوا}، فَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ أَنْ يُبْلَغَ بِهِ الْمَنَازِلَ
الْعَالِيَةَ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ،
فَيُبَلِّغَهُ تِلْكَ الدَّرَجَاتِ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى رَتَّبَ الْجَزَاءَ
عَلَى الْأَعْمَالِ، لَا عَلَى الْأَنْسَابِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {فَإِذَا
نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ}
“Sabda Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang lambat amalannya, tidak akan
dipercepat oleh nasabnya”, maknanya adalah, amalanlah yang dapat mengantarkan
seseorang meraih ketinggian derajat di akhirat, sebagaimana firman Allah
ta’ala,
وَلِكُلٍّ
دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا
“Dan
masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang
dikerjakannya.” (Al-An’am: 132)
Maka siapa yang
lambat dalam beramal untuk meraih kedudukan yang tinggi di sisi Allah ta’ala,
tidak akan dipercepat oleh nasabnya untuk sampai kepada kedudukan tersebut,
karena Allah ta’ala menetapkan adanya balasan karena amalan, bukan karena
nasab, sebagaimana firman-Nya,
فَإِذَا نُفِخَ
فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ
“Apabila
sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada
hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Al-Mukminun: 101).”
[Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, 2/308].
Sumber:
http://sofyanruray.info/menolong-seorang-muslim-adalah-amal-shalih-yang-sangat-agung/
(Buletin An Nuur edisi 03/Th.1)