Serba-Serbi Bulan Sya'ban
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2017/05/serba-serbi-bulan-syaban.html
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, saat ini kita telah menginjak bulan Sya’ban. Namun kadang kaum
muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga
terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang
sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi ﷺ. Semoga
dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas
serba-serbi bulan Sya’ban. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolong dan
mudahkanlah kami).
Keutamaan Bulan Sya’ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah,
aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain
di bulan Sya’ban.” Nabi ﷺ
bersabda,
ذَلِكَ
شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ
تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ
عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai
yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan
dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu,
aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab v mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil
mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah
amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)
Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban
Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini
yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi ﷺ sendiri
banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa
wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah x, beliau mengatakan,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ،
وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ
أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah ﷺ biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa
beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak
berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah ﷺ berpuasa secara sempurna sebulan penuh
selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang
lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no.
1156)
‘Aisyah xjuga mengatakan,
لَمْ
يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ
شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi ﷺ tidak biasa berpuasa pada satu
bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi ﷺ biasa
berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no.
1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah xmengatakan,
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ
يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.
“Nabi ﷺ biasa
berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa sya’ban kecuali sedikit (berbuka).” (HR. Muslim no. 1156)
Dari Ummu Salamah x, beliau mengatakan,
أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ
السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.
“Nabi ﷺ dalam
setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu
dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al
Albani v mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi ﷺ biasa
berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)? Asy
Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat
ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata
“kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya,
sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan
bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu
bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148).
Jadi, yang dimaksud Nabi ﷺ berpuasa di seluruh
hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.
Lalu Kenapa Nabi ﷺ tidak puasa penuh di bulan
Sya’ban? An Nawawi v menuturkan bahwa para ulama
mengatakan, “Nabi ﷺ tidak
menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak
disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. ” (Syarh Muslim, 4/161)
Di antara rahasia kenapa Nabi ﷺ banyak berpuasa di bulan Sya’ban
adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang
mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang
memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya,
demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan
puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa
menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu
Rajab, 233)
Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah:
Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena
mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan
Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkala manusia
lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana
seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat
Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang
sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat
orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar
adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”
Nabi ﷺ
biasa berpuasa
setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut
hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliau ﷺ apabila memasuki bulan Sya’ban
sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa
sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau
menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.
Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan
sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum
puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan
puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243)
Semoga
Allah lmemudahkan kita mengikuti suri tauladan
kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini
kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi
berikut.
وَمَا
يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى
يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى
بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Dan
senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah
sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi
petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk
pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada
tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia
gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku
mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.”
(HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah
(mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk
pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan
orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari
Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)
& Sumber: www.muslim.or.id