Bacaan Ketika Menyembelih Hewan Aqiqah
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2015/04/bacaan-ketika-menyembelih-hewan-aqiqah.html
Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Pertanyaan:
Afwan ustadz, apa doa ketika kita menyembelih hewan aqiqah ?
Jawab:
Disunnahkan saat menyembelih binatang untuk ‘aqiqoh dengan membaca:
بِسْمِ
اللهِ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ ، هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلاَن
Bismillah Allahu Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu
fulaan (Dengan Nama Allah, Allah adalah Yang Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan
untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan)
Penyebutan ‘fulaan’ itu diganti dengan nama anak yang diaqiqohi
tersebut.
Hal ini sesuai hadits yang diriwayatkan al-Baihaqy dalam as-Sunan
al-Kubro dan Abu Ya’la dalam Musnadnya:
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ : يُعَقُّ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ ، وَعَنِ
الْجَارِيَةِ شَاةٌ ، قَالَتْ عَائِشَةُ : فَعَقَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله
عَلَيه وسَلَّم عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ شَاتَيْنِ شَاتَيْنِ يَوْمَ
السَّابِعِ ، وَأَمَرَ أَنْ يُمَاطَ عَنْ رَأْسِهِ الأَذَى وَقَالَ : اذْبَحُوا
عَلَى اسْمِهِ وَقُولُوا بِسْمِ اللهِ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ مِنْكَ
وَلَكَ ، هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلاَنٍ
Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Anak laki-laki
diaqiqohi dengan dua kambing yang setara. Dan anak perempuan satu kambing.
Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengaqiqohi al-Hasan dan
al-Husain masing-masing dua kambing pada hari ketujuh (kelahiran). Beliau
memerintahkan agar pada kepala anak itu dihilangkan kotoran. Dan beliau
bersabda: Sembelihlah dengan (juga) menyebut nama (anak yang akan diaqiqahi).
Ucapkan: Bismillah Allahu Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu
fulaan (Dengan Nama Allah, Allah adalah Yang Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan
untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan).
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnus Sakan dan dinyatakan sanadnya
hasan oleh anNawawiy dalam al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab. Diriwayatkan juga oleh
Ibnul Mundzir dan dinyatakan hasan.
Hal ini juga ditunjang oleh pendapat seorang Tabi’i Qotadah, yang
menyatakan:
يُسَمِّى
عَلَى الْعَقِيقَةِ كَمَا يُسَمِّى عَلَى الأُضْحِيَّةِ : بِسْمِ اللهِ ،
عَقِيقَةُ فُلاَنٍ
Mengucapkan bismillah saat (akan menyembelih) aqiqoh sebagaimana
mengucapkan bismillah pada binatang kurban, dengan mengucapkan: Bismillah,
aqiqoh fulaan (riwayat Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih, para
perawinya adalah rijal al-Bukhari dan Muslim)
Al-Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah juga menyebutkan pendapat ini
adalah pendapat al-Imam Ahmad dalam Tuhfatul Mauduud fii Ahkaamil Mauluud:
ولهذا
يستحب أن يقال عليها ما يقال على الأضحية قال أبو طالب سألت أبا عبد الله إذا أراد
الرجل أن يعق كيف يقول قال يقول باسم الله ويذبح على النية كما يضحي بنيته يقول
هذه عقيقة فلان بن فلان ولهذا يقول فيها اللهم منك ولك ويستحب فيها ما يستحب في
الأضحية
Karena itu, disunnahkan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan
pada saat penyembelihan kurban. Abu Tholib berkata: Aku bertanya Abu Abdillah
(Ahmad bin Hanbal): Jika seorang ingin (menyembelih) aqiqoh, apa yang
dibacanya? Beliau menjawab: Ia mengucapkan Bismillah dan menyembelih dengan
(menyebut niat). Ia berkata: Ini adalah aqiqoh fulaan bin fulaan. Karena itu
saat menyembelih itu ia mengucapkan: Allaahumma minka wa laka ( Ya Allah ini
adalah dariMu dan untukMu). Disukai melakukan padanya (aqiqoh) sebagaimana
disukai melakukannya pada penyembelihan binatang kurban (Tuhfatul Mauduud fii
Ahkaamil Mauluud(1/70)).
Namun kalaupun seseorang hanya mengucapkan Bismillah saat
menyembelih aqiqoh dan tidak melafadzkan niat bahwa aqiqoh ini dari anak
tertentu, maka yang demikian tidak mengapa.
Ibnul Mundzir menyatakan:
وإن
نوى العقيقة ولم يتكلم به أجزأه إن شاء الله
Jika dia berniat aqiqoh dan tidak mengucapkannya maka yang demikian
sudah cukup baginya InsyaAllah (Tuhfatul Mauduud fii Ahkaamil Mauluud (1/93)).
Catatan :
hadits Aisyah di atas memiliki ‘illat karena mayoritas jalur periwayatan
mengandung ‘an-anah dari Ibnu Juraij, hanya periwayatan dari Ibnu Hibban dalam
Shahihnya yang tidak. Ibnu Juraij, meski beliau adalah rijaal al-Bukhari dan
Muslim namun beliau dikenal sebagai mudallis. Namun, riwayat ini insyaAllah
bisa dikuatkan dengan riwayat yang shahih maqthu’ dari Qotadah. Ibnu Abi
Syaibah meriwayatkan 2 jalur periwayatan dari Qotadah, yang salah satu sanadnya
shahih. Syaikh al-Albany dalam kitab Qishshotul Masiihid Dajjaal (1/99)
mengisyaratkan bahwa riwayat shahih maqthu’ dari Tabi’i hukumnya adalah marfu’
mursal.