Perkataan "Saya Mengikuti Manhaj Salaf" Bukanlah Kesombongan Dan Berbangga Diri
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2015/04/perkataan-saya-mengikuti-manhaj-salaf_23.html
Seorang
yang mengatakan: “Saya seorang Salafy” atau “Saya adalah pengikut Manhaj Salaf”
bukanlah artinya ia meninggikan dirinya dan mengklaim dialah yang paling benar
dalam segalanya. Sesungguhnya pernyataan tersebut menunjukkan cita-cita dan
harapannya ingin sebenar-benarnya mengikuti teladan para Salafus Sholih dengan
sebaik-baiknya pada seluruh sendi Dien.
Sebagaimana
seorang yang mengatakan: “Saya muslim”. Apakah orang yang mengatakan demikian
telah mengklaim dirinya adalah orang yang telah menjalankan syariat Islam
secara sempurna? Jelas tidak. Ia mengatakan demikian dengan pengakuan dalam
hati akan kekurangan pada dirinya. Ia bercita-cita ingin menjadi muslim yang
menjalankan syariat Islam dengan baik dan terus memperbaiki dirinya.
Sehingga,
ketika seorang menyatakan: Saya adalah pengikut Salaf, seakan-akan ia berkata:
“Mari bersatu dalam Islam ini dengan menjadikan Salaf sebagai panutan kita.
Jika antum mengetahui ada ajaran Salaf yang belum saya ketahui, sampaikan pada
saya, karena saya sangat ingin meneladani para Salafus Sholih itu dengan baik.
Namun, kami tegaskan bahwa jangan sekali-kali mengajak kami pada hal-hal yang
sudah jelas bertentangan dengan manhaj Salaf, karena kami hanya mau mengikuti
manhaj Salaf dalam Dien ini. Kamipun mengajak antum semua untuk mengikuti
manhaj Salaf, karena sesungguhnya manhaj Salaf itu adalah Islam yang murni”.
Seorang
pengikut manhaj Salaf yang haq tidak akan pernah mengklaim bahwa ia dan
orang-orang yang sekarang bersamanya pasti akan masuk Jannah (Surga). Karena
tidak ada yang tahu akhir kehidupan seseorang kecuali Allah. Ia tidak akan
pernah tahu apakah ia akan terus menjadi pengikut manhaj Salaf hingga akhir
hayatnya atau justru berakhir menjadi pengikut hawa nafsu, wal iyaadzu billah.
Ia
juga tidak akan pernah tahu apakah rekan-rekan yang sekarang bersamanya,
menuntut ilmu bersamanya, bahkan gurunya sendiri yang masih hidup akan terus di
atas manhaj Salaf hingga akhir hayatnya. Ia juga tidak akan pernah tahu apakah
amal yang ia lakukan ini diterima oleh Allah, atau justru ia adalah orang yang
munafik, mengaku mengikuti manhaj Salaf secara lahiriah, namun secara batin
membencinya, wal iyaadzu billah. Ia tidak bisa menjamin apakah amalnya bersih
dari riya’ atau tidak. Ia sendiri bahkan tidak bisa mengklaim bahwa satu saja
amal ibadah yang telah ia lakukan sudah diterima oleh Allah atau tidak.
Ia
hanya bisa memastikan secara umum bahwa siapapun saja yang mengikuti manhaj
Salaf dengan baik hingga akhir hayatnya, pasti masuk Jannah (Surga),
sebagaimana dalil-dalil yang sedemikian banyak menunjukkan demikian. Karena
manhaj Salaf pada hakikatnya adalah Islam yang sebenarnya. Adapun untuk orang
perseorangan atau individu, ia tidak berani menyatakan bahwa fulaan pasti masuk
surga dan fulaan pasti masuk neraka, kecuali orang-orang tertentu yang telah
dipastikan oleh Allah dan RasulNya pasti masuk Surga dan Neraka.
Ia
hanya bisa selalu berdoa memohon hidayah kepada Allah dan dikokohkan di atas
manhaj Salaf, dan diberi akhir kehidupan yang baik. Ia akan berusaha memilih
rujukan dalam bacaan, ataupun mendengarkan kajian-kajian dari orang yang sudah
jelas keilmuannya dalam manhaj Salaf berdasarkan rekomendasi dari orang-orang
yang terpercaya. Ia akan selektif memilih sumber ilmu dalam Dien ini, sebagai
bentuk penjagaan terhadap manhaj yang sangat berharga bagi dirinya. Seorang
pengikut manhaj Salaf akan selalu mengikuti dalil al-Quran dan as-Sunnah dengan
pemahaman Ulama Salaf, dengan bimbingan para Ulama yang nyata-nyata bermanhaj
Salaf yang masih hidup sejaman dengannya.
Ia
akan berusaha dan bersemangat menuntut ilmu yang shahih, berusaha mengamalkan,
berusaha mendakwahkan sesuai kemampuannya, dan bersabar di atas manhaj yang haq
ini.
Ia
mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim sebagaimana ia suka kebaikan
itu terjadi untuk dirinya. Karena itu ia bersemangat untuk mendakwahkan Ilmu
Sunnah yang telah diketahuinya. Ia juga peringatkan saudaranya kaum muslimin
dari bahaya kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan karena cinta dan sayangnya
pada kaum muslimin.
Kadang
dalam mendakwahkan manhaj Salaf ini ia dicela dan bahkan dikafirkan oleh
saudaranya sesama muslim, namun ia tidak akan membalas mengkafirkan saudaranya
itu, selama memang ia masih muslim.
Dakwah
Salaf adalah ajakan kepada Sunnah, sehingga pada dasarnya pengikut manhaj Salaf
adalah Ahlussunnah. Dakwah Salaf bukanlah ajakan pada pribadi atau kelompok
maupun golongan tertentu secara ashobiyyah (fanatik buta). Telah disampaikan di
atas bahwa penamaan ‘Salaf’ bukanlah penamaan yang mengada-ada, tapi
sesungguhnya berasal dari ucapan Nabi, Sahabat beliau, dan para Ulama
Ahlussunnah setelahnya.
Jika
di masa Nabi, cukup seorang mengatakan: Saya muslim. Karena di masa itu hanya
ada kafir dan muslim secara dhahir. Tidak ada kebid’ahan atau hal-hal baru yang
diada-adakan di masa Nabi. Cukup seorang mengatakan : Saya muslim sebagai
pembeda dengan orang-orang kafir.
Namun,
saat mulai muncul kebid’ahan, maka para Sahabat mulai memberikan pembeda antara
ajaran Islam yang murni dengan ajaran Islam yang sudah mulai terkontaminasi
dengan kebid’ahan. Sebagaimana Ibnu Abbas memisahkan antara Ahlus Sunnah dengan
Ahlul Bid’ah dalam salah satu penafsirannya.
Saat
orang-orang mulai banyak yang senang memahami dalil al-Quran dan dalil Sunnah
Nabi dengan pikirannya sendiri, atau pemikiran para tokoh-tokoh kelompoknya,
atau thoriqoh yang dipilihnya, maka saat itulah perlu pembeda antara pengikut
manhaj Salaf dengan yang bukan. Perlu pembeda antara orang-orang yang
memunculkan hal-hal baru dalam Dien ini dengan orang-orang yang masih istiqomah
tetap mengikuti ajaran Islam yang murni terdahulu.
WA
al-I’tishom