Hak Allah Atas Hamba-Hambanya Adalah Mereka Mentauhidkan-Nya
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2015/06/hak-allah-atas-hamba-hambanya-adalah.html
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَعَن
مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنْتُ رَدِيْفَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ فَقَالَ لِيْ: (يَا مُعَاذُ أَتَدْرِيْ
مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟ قُلْتُ:
اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: (حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ
يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ
لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً) قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ
أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ؟) قَالَ: (لَا تُبَشِّرْهُم فَيَتَّكِلُوا) أَخْرَجَاهُ فِي
الصَّحِيْحَيْنِ
Dari Mu’âdz bin Jabal radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata, “Saya
pernah dibonceng oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam di atas seekor
keledai, lalu beliau bersabda kepadaku, ‘Wahai Mu’âdz, tahukah engkau apa hak
Allah terhadap para hamba dan apa hak para hamba atas Allah?’ Saya menjawab,
‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’
Beliau pun menjawab, ‘Hak Allah terhadap para hamba ialah mereka beribadah kepada-Nya semata dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya, sedang hak para hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.’
Beliau pun menjawab, ‘Hak Allah terhadap para hamba ialah mereka beribadah kepada-Nya semata dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya, sedang hak para hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.’
Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah saya (perlu)
menyampaikan kabar gembira (ini) kepada manusia?’
Beliau menjawab, ‘Janganlah engkau menyampaikan kabar gembira ini
kepada mereka (karena) mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri.’.”
Dikeluarkan oleh keduanya (Al-Bukhâry dan Muslim) dalam
Ash-Shahîhain.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ingin menjelaskan kewajiban dan
keutamaan bertauhid bagi para hamba. Maka, beliau menyampaikan hal itu dengan
bentuk pertanyaan supaya hal itu lebih kukuh menancap dalam jiwa dan lebih
optimal untuk sampai pada pemahaman orang yang diajari. Ketika Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan tauhid, Mu’âdz meminta izin untuk
mengabarkan hal tersebut kepada manusia agar mereka bergembira karena (kabar)
tersebut, tetapi Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam melarang hal tersebut
karena takut bila orang-orang akan bersandar kepada hal itu sehingga meremehkan
amal shalih.
Faedah Hadits
1. Sifat
rendah hati Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau mengendarai
keledai dan membonceng seseorang di atas (keledai) tersebut. Hal ini berbeda
dengan keadaan orang-orang yang menyombongkan diri.
2. Bolehnya
berboncengan di atas kendaraan jika kendaraannya kuat.
3. Pengajaran
dengan metode tanya jawab.
4. Seseorang
yang ditanya, tetapi ia tidak tahu, hendaknya mengatakan, “Allah yang lebih
tahu.”
5. Mengenal
hak Allah yang diwajibkan kepada para hamba, yaitu agar mereka menyembah hanya
kepada-Nya semata, tiada serikat bagi-Nya.
6. Bahwasanya
barangsiapa yang tidak menjauhi kesyirikan berarti pada hakikatnya dia belum
menyembah Allah, meskipun kelihatannya dia menyembah Allah.
7. Keutamaan
tauhid dan keutamaan orang yang berpegang teguh dengan (tauhid).
8. Tafsir
tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan
terhadap-Nya.
9. Disukainya
memberi kabar gembira kepada setiap muslim dengan hal-hal yang
menggembirakannya.
10.
Bolehnya menyembunyikan ilmu untuk kebaikan.
11.
Sikap beradab seorang murid kepada gurunya.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh
Shalih Al-Fauzan]