SESIBUK APAPUN, JANGAN LUPA SHALAT!
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2017/02/sesibuk-apapun-jangan-lupa-shalat_17.html
Booklet Al
Bayan Edisi 01
Hiruk
pikuknya kehidupan dunia, dan sibuknya manusia bekerja, sering membuat
kebanyakan orang melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah, yakni meninggalkan
sholat dengan alasan sibuk kerja
Realita menyedihkan seperti ini banyak kita jumpai dimana-mana. Para petani
sibuk dengan sawah ladangnya. Para pegawai sibuk dengan tugasnya. Para guru
sibuk mengajar. Para pekerja ringan dan berat sibuk dengan pekerjaannya. Ibu
rumah tangga sibuk dengan tugas rumah. Para pedagang sibuk dengan jual-belinya.
Intinya, banyak diantara mereka yang terlena dengan dunia dan aktifitasnya,
lalu lupa dengan sholatnya dan sujudnya di hadapan Allah. Padahal suara adzan
dan waktu sholat telah tiba.
Parahnya lagi, ada diantara mereka yang tidak lagi mengerjakan sholat lima
waktu, bahkan sholat jum’at pun ditinggalkan sampai hampir saja kita tak
mengenalnya sebagai seorang muslim, karena ia tak pernah menunaikan sholat. Realita
pahit ini anda bisa lihat di pasar-pasar, mall-mall, kantor-kantor dan lainnya;
banyak diantara orang yang mengaku muslim, tapi tak sholat jum’at.
Orang yang seperti ini berhak memperoleh ancaman yang disebutkan oleh Nabi ﷺ
dalam sabdanya,
مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى
قَلْبِهِ
“Barangsiapa yang meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, karena ia
meremehkannya, maka Allah akan menutup hatinya”. [HR. Abu Dawud (no. 1052), At-Tirmidziy (no. 500), dan An-Nasa'iy (no.
1368). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih
At-Targhib (no. 727)]
Seorang yang telah tertutup hatinya akan susah menerima nasihat, dan tidak
akan mendapatkan hidayah. Bahkan terkadang nasihat dianggap celaan, kebaikan
dianggap keburukan; atau sebaliknya. Orang yang suka meninggalkan sholat jum’at
dan sibuk dengan urusan dirinya akan mudah terseret menuju lembah kemunafikan.
Inilah yang disinyalir oleh Nabi ﷺ dalam sebuah sabdanya,
مَنْ تَرَكَ الْجُمْعَةَ ثَلاَثًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَهُوَ مُنَافِقٌ
“Barangsiapa yang
meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, tanpa ada udzur, maka ia adalah
munafik”. [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya
dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya. Lihat Shohih At-Targhib (1/451)]
Seorang yang meninggalkan sholat, baik itu sholat wajib lima waktu, maupun
sholat Jum’at, akan terancam kafir. Sebab jika mudah melanggar dan meninggalkan
hak Allah (yakni, sholat), maka ia akan mudah melakukan pelanggaran sebagaimana
hal ini terlihat dalam realita.
Nabi ﷺ mengancam orang
yang meninggalkan sholat,
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا
فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dengan mereka (kaum munafik) adalah sholat.
Barangsiapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir”. [HR. At-Tirmidziy (2621), An-Nasa'iy (462), dan Ibnu Majah
(1079). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no.
574)]
Seorang ulama tabi’in, Abdullah bin Syaqiq Al-Uqoiliy v berkata,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يَرَوْنَ شَيْئًا مِنْ الْأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلَاةِ
“Dahulu para sahabat
Muhammad ﷺ tidaklah memandang suatu amalan sebagai kekafiran karena meninggalkannya,
selain sholat”. [HR. At-Tirmidziy (no. 2622).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ats-Tsamr
Al-Mustathob (1/52)]
Ulama Negeri India, Al-Imam Al-Mubarokfuriy v berkata, “Bahkan ucapan
Abdullah bin Syaqiq ini berdasarkan lahiriahnya, menunjukkan bahwa para sahabat
Rasulullah ﷺ dahulu meyakini bahwa meninggalkan sholat adalah kekafiran. Yang tampak
dari konteks ini bahwa pernyataan ini telah disepakati oleh para sahabat”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (7/406)]
Ini merupakan ancaman keras bagi orang-orang yang malas menunaikan sholat;
ia diancam dengan kekafiran, Na’udzu billah. Di hari kiamat nanti ia akan
dikumpulkan bersama para pembesar kekafiran. [Lihat Ats-Tsamr Al-Mustathob
(hal. 52-53)]
Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ
وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ
وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
“Barangsiapa yang memelihara sholatnya, niscaya sholatnya
akan menjadi cahaya, hujjah, dan keselamatan baginya di hari kiamat.
Barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia tak akan memiliki cahaya, hujjah,
dan keselamatan. Di hari kiamat kelak akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubaiy
bin Kholaf”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/169), Ad-Darimiy
dalam Sunan-nya (no. 2/301), Ath-Thohawiy dalam Al-Musykil (no.
3180 & 3181), dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 1467). Hadits
ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 578)]
Orang yang suka
meninggalkan sholat akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama Qorun yang
dilalaikan oleh hartanya, Fir’aun yang dilalaikan oleh kekuasaannya, Haman yang
dilalaikan oleh ilmu dunianya. Karena banyak diantara manusia yang meninggalkan
sholat akibat ia dilalaikan oleh kekuasaan, harta, dan ilmu pengetahuannya!!!
Banyak orang
yang meninggalkan sholat demi meraih keuntungan dunia yang semu sehingga seakan
dunia adalah tujuan akhirnya. Padahal dunia hanyalah persinggahan sementara,
lalu kita akan melanjutkan perjalanan menuju akhirat, dan sebelumnya kita akan
disambut oleh alam kubur.
Sedang
sebaik-baik bekal ketaqwaan seorang hamba muslim di alam kubur dan di akhirat
adalah sholatnya. Sholat ini jika dibandingkan dengan dunia dan segala isinya,
maka dunia tak ada nilainya.
Nabi ﷺ bersabda saat
melewati sebuah kubur,
رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ
“Dua raka’at lebih dicintai oleh penghuni kubur ini
dibandingkan seluruh dunia kalian”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Awsath
(no. 907). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy v dalam Ash-Shohihah
(no. 1388)]
Para pembaca
yang budiman, bila anda mau mengetahui nilai Islam dan kecintaan seseorang
kepadanya, maka lihatnya kepada sholatnya.
Al-Imam Ahmad bin Hambal Asy-Syaibaniy v berkata,
“Hanyalah bagian mereka dari Islam sesuai bagian mereka dari sholat.
Kecintaan mereka terhadap Islam adalah berdasarkan kadar kecintaan mereka
terhadap sholat. Kenalilah dirimu –wahai hamba Allah-. Waspadalah jangan sampai
anda bertemu dengan Allah ﷻ, sedang Islam
tak ada nilainya di sisimu, karena nilai Islam dalam hatimu seperti nilai
sholat dalam hatimu”. [Lihat Al-Qoul Al-Mubin fi Akhtho' Al-Mushollin
(hal. 14)]
Banyak diantara
manusia yang melalaikan sholat, lebih betah duduk berjam-jam di café dan
warung, lebih bersabar melakukan upacara bendera, lebih kuat kakinya berdiri
melayani para pembeli dibandingkan sholat sepuluh atau lima belas menit. Dia
tak mengenal sholat, kecuali di hari jum’at, atau hari raya. Adapun sisa-sisa
hari dan umurnya, maka ia habiskan untuk dunianya.
Seakan-akan ia
adalah hewan ternak yang hidup bebas, tanpa beban dan tanggung jawab di hadapan
pemiliknya.
Dahulu sholat
adalah sesuatu yang amat berharga di sisi para sahabat dan pengikutnya yang setia
sampai mereka amat menyesal jika tertinggal sholat jama’ah. Tak ada dalam
lembaran sejarah mereka bahwa ada diantara mereka yang meninggalkan sholat.
Itulah generasi terbaik yang menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Kemudian
muncullah di zaman ini generasi pelanjut yang amat buruk. Generasi ini
melalaikan sholat, dan memperturutkan hawa nafsunya. Inilah yang disinyalir
oleh Allah dalam firman-Nya,
“Lalu
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya. Karenanya, mereka kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. Maka mereka itu akan
masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”. (QS.
Maryam : 59-60)
Bila sholat
saja mereka sia-siakan, maka pasti mereka akan lebih menyia-nyiakan kewajiban
lain. Karena sholat adalah tiang agama, dan pilarnya serta sebaik-baik amalan
para hamba. Mereka (generasi pelanjut ini) menuju kepada keinginan-keinginan
dunia dan berbagai kelezatannya, serta akan ridho (puas) dengan dunia dan
merasa tenang dengannya. Mereka itulah kelak akan menemui kerugian di akhirat.
[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (5/243)]
Seorang yang
meninggalkan sholat akan tersesat jauh dari petunjuk agama dan segala kebaikan
yang bermanfaat baginya di akhirat. Dia lebih senang mengikuti selera dan
keinginannya. Waktunya banyak terbuang untuk perkara yang sia-sia, bahkan dalam
maksiat. Karenanya, mereka lebih senang menghabiskan waktunya di depan televisi
untuk menonton tayangan-tayangan haram ala pamer aurat. Mereka rela
meninggalkan sholat demi menyaksikan pertandingan sepak bola yang dilakoni oleh
kesebelasan idola mereka.
Meninggalkan
sholat merupakan sebab jauhnya seseorang dari kumpulan orang-orang baik, lalu
pada gilirannya memilih bergabung bersama orang-orang bejat, durhaka, atau
bahkan kafir. Merekalah kelak yang akan menemui kerugian dan penyesalan di
dalam neraka. Allah ﷻ berfirman menjelaskan sebab hamba masuk Neraka Saqor,
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat” (QS. Al-Muddatstsir : 42-43)
Para pembaca
yang budiman, salah satu akibat yang akan diterima oleh orang yang meninggalkan
sholat, hatinya akan ditutup oleh Allah, dan pada akhirnya ia akan berubah
menjadi munafik. Kalaupun ia sekali-kali sholat (misalnya, di hari jum’at atau
hari raya), maka ia tak sholat karena mencari pahala dari Allah, tapi hanya
untuk setor muka alias cari-cari muka agar orang lain tahu bahwa ia juga
sholat.
Sungguh sial orang
seperti ini!! Ketika di dunia ia diajak dan disuruh sholat, ia enggan dan lebih
senang berleha-leha dan menghabiskan waktu dibandingkan menjawab panggilan
adzan, tapi kelak nanti ia akan dihinakan. Allah ﷻ berfirman,
“Pada hari
betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; Maka mereka tidak mampu
(untuk bersujud), (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka
diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk
bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera”. (QS. Al-Qolam
: 42-43)
Ini merupakan
perintah yang mengandung kecaman bagi orang yang meninggalkan sholat. An-Naqqosy
v berkata, “Hal itu bukanlah pembebanan bagi
mereka untuk bersujud, sedang mereka tak mampu, tapi itu adalah kecaman bagi
mereka akibat mereka meninggalkan sujud (yakni, sholat saat ia di dunia)”.
[Lihat Zaadul Masir (6/62)]
Hal ini
menjelaskan kepada kita bahwa meninggalkan sholat adalah dosa besar yang akan
mendapatkan hukuman berat di sisi Allah. Lantaran itu, hendaknya para pemalas
itu sadar dan bertobat, lalu bersegera menunaikan sholat, karena mencari ridho
Allah, bukan mencari perhatian manusia.
Ibnu Hazm
Al-Andalusiy v berkata, “Tak ada dosa setelah syirik yang
lebih besar dibandingkan meninggalkan sholat sampai keluar waktunya, dan juga
membunuh seorang mukmin, tanpa haq”. [Lihat Al-Kaba'ir (hal. 14),
karya Adz-Dzahabiy, dengan tahqiq Samir bin Amin Az-Zuhairiy, cet.
Maktabah Al-Ma'arif, 1421 H]
Terakhir kami
nasihatkan kepada seluruh kaum muslimin agar selalu memperhatikan sholatnya. Sesibuk
apapun, jangan lupa sholat!! Latihlah anak-anak kalian menunaikan sholat.
Perintahkanlah orang-orang yang ada di bawah asuhanmu untuk mengerjakan sholat,
dan wasiatilah mereka agar selalu sholat. Janganlah anda membiarkan mereka
lalai dan meremehkan sholat, karena ini adalah tanggung jawab kita bersama.
Sumber : Buletin
Al Huda Edisi 1