Amalan-Amalan Perisai Dari Api Neraka (Bag. 1)
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2017/03/amalan-amalan-perisai-dari-api-neraka.html
Dari
Abu Hurairah a, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَثَلِي كَمَثَلِ
رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهَا جَعَلَ الْفَرَاشُ
وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا وَجَعَلَ
يَحْجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَتَقَحَّمْنَ فِيهَا. قَالَ: فَذَلِكُمْ مَثَلِي
وَمَثَلُكُمْ أَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِّ النَّارِ؛ هَلُمَّ عَنْ النَّارِ!
هَلُمَّ عَنِ النَّارِ! فَتَغْلِبُونِي تَقَحَّمُونَ فِيهَا
“Permisalan
diriku adalah seperti orang yang menyalakan api. Ketika api telah menyinari apa
yang ada di sekelilingnya, berdatanganlah anai-anai dan hewanhewan yang
berjatuhan ke dalamnya. Sementara itu, orang ini terus berusaha menghalangi
mereka dari api, namun serangga-serangga itu mengabaikannya
hingga berjatuhan ke dalamnya.”
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Itulah
permisalan diriku dan diri kalian (umatku). Aku menarik ikat-ikat pinggang kalian
untuk menyelamatkan dari neraka (seraya berseru,), ‘Jauhilah
neraka! Jauhilah neraka!’ Namun,
kalian (kebanyakan umatku) tidak menghiraukanku dan menerjang berjatuhan ke
dalamnya.”
¦ Semangat
Rasul ﷺ
Menyelamatkan Manusia dari Kebinasaan
Duhai,
betapa indahnya permisalan yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ. Permisalan beliau sangat
mendalam dan penuh arti. Tentu saja, bagi orang-orang yang berakal dan memiliki
kalbu. Allah kberfirman,
“Dan
perumpamaan-perumpamaan
ini Kami buat untuk manusia; dan tiada memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu.” (al-Ankabut: 43)
Permisalan
dalam hadits Abu Hurairah k
menunjukkan semangat Rasulullah ﷺ dalam membimbing umatnya agar
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta menyelamatkan mereka dari
jurang kebinasaan. An-Nawawi v
dalam al-
Minhaj memberikan judul bab bagi hadits ini, bab “Syafaqatuhu
‘ala
ummatihi wa mubalaghatuhu fi tahdzirihim mimma yadhurruhum. (Bab “Kasih
Sayang Rasulullah ﷺ kepada
Umatnya dan Kesungguhan Beliau Memberi Peringatan dari Segala Hal yang
Membahayakan Mereka).”
¦ Manusia Terbagi Menjadi Dua:
Selamat dan Celaka Meskipun Rasulullah ﷺ telah memperingatkan umat
dari neraka dengan penuh kesungguhan, telah mengorbankan segala upaya siang dan
malam, tetapi tetap saja sebagian mereka tidak taat dan memilih jalan
kebinasaan. Perhatikan permisalan yang dibuat oleh Rasulullah ﷺ. Di saat api menyala, anai-anai atau serangga sejenisnya
bersikeras menuju kebinasaan. Ia berusaha keras mengusir dan menjauhkan
serangga-serangga
itu dan menyelamatkan mereka dari api. Tetapi, mereka tidak menghiraukannya,
justru terus menerjang sehingga banyak yang berjatuhan ke dalam api dan sedikit
yang terselamatkan. Demikian pula manusia di hadapan syariat Rasulullah ﷺ Mereka terbagi menjadi dua
golongan. Satu golongan selamat dan golongan lainnya lebih mencintai
kebinasaan. Rasulullah ﷺ bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى. قَالُوا: وَمَنْ يَأْبَى يَا رَسُولَ
اللهِ؟ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Semua
umatku akan masuk jannah, kecuali mereka yang enggan.”
Sahabat bertanya, “Siapa
yang enggan, wahai Rasulullah?” “Orang
yang taat kepadaku akan masuk jannah, dan orang yang memaksiatiku sungguh telah
enggan (masuk jannah).”
An-Nawawi v
berkata , “Maksud
hadits di atas, Rasulullah ﷺ menyerupakan
terjatuhnya orang-orang
jahil dan menyimpang dalam neraka akhirat karena kemaksiatan-kemaksiatan
dan syahwat padahal beliau ﷺ telah melarang mereka,
seperti terjatuhnya anai-anai ke dalam api dunia karena hawa nafsu dan
ketidakmampuan membedakan (api dan bukan api). Keduanya (baik manusia yang
melakukan kemaksiatan maupun anai-anai yang memilih api) sama-sama
bersemangat atas kebinasaan dirinya.” (Syarah Shahih Muslim)
Allah kberfirman,
$¸)Ìsù 3yyd $¸)Ìsùur ¨,ym ãNÍkön=tã ä's#»n=Ò9$# 3 ÞOßg¯RÎ) (#räsªB$# tûüÏÜ»u¤±9$# uä!$uÏ9÷rr& `ÏB Èbrß «!$# cqç7|¡øtsur Nåk¨Xr& crßtGôgB ÇÌÉÈ
“Sebagian diberi-Nya
petunjuk dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya
mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung (mereka) selain Allah, dan
mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.”
(al-A’raf: 30)
¦ Semangat
Rasul ﷺ Memperingatkan Umatnya dari
Neraka
Rasul ﷺ menyeru umatnya untuk
menjauhkan diri dari neraka. Beliau ﷺ bersabda,
هَلُمَّ عَنِ
النَّارِ، هَلُمَّ عَنْ النَّارِ
“Jauhilah
neraka! Jauhilah neraka”
Seruan
beliau semisal dengan firman Allah k,
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
“Hai
orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(at-Tahrim:
6)
Saudaraku,
di antara semangat Rasulullah ﷺ menjauhkan manusia dari neraka ialah beliau
mengabarkan tentang neraka, sifat-sifatnya, dan sifat para
penghuninya. Rasulullah ﷺ pernah melihat neraka dalam beberapa kesempatan. Di antara
kesempurnaan nasihat Rasulullah ﷺ, beliau mengabarkan sifat-sifat
neraka kepada umatnya agar mereka takut dan menghindar. Akan tetapi, kebanyakan
manusia mengabaikan peringatan itu. Sebagai misal, al-Imam Muslim v
meriwayatkan sebuah hadits yang menunjukkan bahwasanya Rasulullah ﷺ telah melihat neraka,
sekaligus memperingatkan apa yang beliau lihat, yaitu pedihnya azab neraka.
Abdullah bin Abbas c berkata,
“Terjadi
gerhana matahari di masa Rasulullah ﷺ, beliau pun shalat (gerhana)
bersama manusia.
Beliau
berdiri lama seperti membaca surat al-Baqarah, kemudian rukuk dengan lama. Setelah itu,
beliau bangkit dan berdiri lama, lebih pendek dari yang pertama. Kemudian
beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dari rukuk yang pertama. Kemudian
beliau sujud, lalu bangkit berdiri lama, tetapi lebih pendek dari rakaat pertama.
Kemudian beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dari rakaat pertama.
Kemudian beliau bangkit dan berdiri lama tetapi lebih ringan dari sebelumnya,
lalu rukuk dengan lama, tetapi lebih ringan dari yang awal. Kemudian sujud dan
menyelesaikan shalatnya saat matahari telah muncul (shalat gerhana dalam hadits
ini adalah dengan dua rukuk setiap rakaatnya, -red.).
Kemudian
beliau berkata, ‘Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua dari sekian tanda kekuasaan Allah k.
Terjadinya gerhana atas keduanya bukanlah karena kematian atau kelahiran
seseorang. Apabila kalian melihat gerhana, berzikirlah kepada Allah k
(shalatlah)!’
Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami melihat engkau di
tempat berdirimu (ketika shalat gerhana) seakanakan mengambil sesuatu, kemudian
kita melihat engkau menghindar dari sesuatu? (Apa yang terjadi wahai
Rasulullah?)’
Rasulullah ﷺ bersabda
, ‘Sesungguhnya
aku melihat jannah (surga), maka aku memegang seuntai anggur. Andai aku
mengambilnya, sungguh kalian akan makan darinya selama dunia ini masih ada. Aku
juga melihat neraka yang aku belum pernah melihat pemandangan seperti ini dan
aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.’
Sahabat bertanya, ‘Apa sebabnya, wahai Rasulullah?’
‘Mereka
berbuat kekufuran,’ Sahabat bertanya, ‘Apakah
kekufuran kepada Allah k?’
Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Kekufuran
kepada suami yakni dengan mengingkari kebaikannya. Seandainya engkau (suami) berbuat
baik kepada salah seorang istri seumur hidupmu kemudian dia melihat satu
kejelekan darimu, dia akan berkata, ‘Belum
pernah aku melihat satu kebaikan pun darimu’.”
( HR. Muslim dalam ash-Shahih
no. 907)
Hadits
tentang shalat gerhana di atas menjadi salah satu dalil dari sekian banyak
dalil bahwa neraka sudah ada saat ini dan bahwasanya Rasulullah ﷺ telah melihatnya.
¦ Semangat
Rasulullah ﷺ Mengajarkan
Amalan yang Menyelamatkan dari Neraka
Di
samping menyebutkan sifat neraka dan memperingatkan umat darinya, Rasulullah ﷺ sangat
bersemangat mengajarkan amalan-amalan yang dapat menyelamatkan manusia darinya.
Semua ini adalah bentuk kasih sayang yang besar dan tulus kepada manusia. Pada
hakikatnya, semua amalan kebaikan, meski sedikit, akan menjadi benteng dari api
neraka, insya Allah. Siapa yang melakukan amalan kebaikan walau seberat
zarah, dia akan melihat balasan baik atas amalannya. Demikian janji Allah k
dalam firman-Nya,
`yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ
“Barang
siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (az-Zalzalah:
7)
¦ Amalan
Khusus yang Menjadi Sebab Keselamatan dari Api Neraka
Secara
khusus, Rasulullah ﷺ telah
menyebutkan beberapa amalan sebagai benteng dari api neraka. Di antara amalan-amalan
tersebut adalah:
u Mentauhidkan Allah k dan menjauhkan diri
dari kesyirikan
Inilah
pokok keselamatan dari azab Allah k di
dunia dan di akhirat. Tauhid adalah fondasi semua amalan. Amalan seseorang
tidak akan diterima tanpa tauhid. Disebutkan dalam sebuah hadits,
عَنْ مُعَاذٍ قَالَ
أَنَا رَدِيفُ النَّبِيِّ فَقَالَ: يَا مُعَاذُ. قُلْتُ: لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ. ثُمَّ قَالَ مِثْلَهُ ثَلَاثًا: هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى
الْعِبَادِ؟ قُلْتُ: لَا. قَالَ حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ
وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا. ثُمَّ سَارَ سَاعَةً فَقَالَ: يَا مُعَاذُ.
قُلْتُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ. قَالَ: هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى
ا إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ؟ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ
Dari
Muadz bin Jabal, beliau berkata, “Suatu saat
saya dibonceng Nabi ﷺ di atas
keledai. Beliau ﷺ bertanya, ‘Wahai
Muadz.’
Saya menjawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’
Beliau ﷺ mengatakan hal itu tiga kali (dan saya
jawab tiga kali juga). Beliau ﷺ mengatakan,
‘Tahukah
engkau apa hak Allah katas
para hamba?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’
Nabi ﷺ mengatakan,
‘Hak
Allah katas
para hamba adalah mereka mengibadahi-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’
Kemudian beliau berjalan beberapa saat, dan berkata, ‘Wahai
Mu’adz.’
Dijawab, ‘Aku
selalu menyambutmu.’ Beliau ﷺ bertanya,
‘Tahukah
kamu, apa hak mereka atas Allah kapabila
mereka melakukannya? Allah k tidak
akan mengazab mereka’.”
(HR. Al-Bukhari
no. 6267)
Hadits
Muadz adi
atas menunjukkan betapa pentingnya seseorang memberikan curahan waktu dan upaya
untuk mengenal tauhid dan syirik, kemudian mengamalkannya sepanjang hayat.
Seorang muslim harus memahami dengan benar hal-hal yang membahayakan tauhidnya
dan yang menyuburkan pohon tauhid dalam hatinya. Tidak ada jalan lain untuk
mendapatkannya kecuali dengan terus meminta kepada Allah kdan
menempuh sebab-sebabnya,
di antaranya adalah menuntut ilmu. Bersambung...
&Sumber: Booklet Al Huda Edisi 69: Jum’at
23 Dzul’qadah 1437 H/26 Agustus 2016M