SESIBUK APAPUN, JANGAN LUPA SHALAT!
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2017/04/sesibuk-apapun-jangan-lupa-shalat.html
Hiruk pikuknya kehidupan dunia, dan
sibuknya manusia bekerja, sering membuat kebanyakan orang melalaikan tugasnya
sebagai hamba Allah 'Azza Wa Jalla, yakni meninggalkan sholat dengan alasan sibuk kerja".
Realita menyedihkan seperti ini banyak kita jumpai dimana-mana. Para
petani sibuk dengan sawah ladangnya. Para pegawai sibuk dengan tugasnya. Para
guru sibuk mengajar. Para pekerja ringan dan berat sibuk dengan pekerjaannya.
Ibu rumah tangga sibuk dengan tugas rumah. Para pedagang sibuk dengan
jual-belinya. Intinya, banyak diantara mereka yang terlena dengan dunia dan
aktifitasnya, lalu lupa dengan sholatnya dan sujudnya di hadapan Allah. Padahal
suara adzan dan waktu sholat telah tiba.
Parahnya lagi, ada diantara mereka yang tidak lagi mengerjakan sholat
lima waktu, bahkan sholat jum’at pun ditinggalkan sampai hampir saja kita tak
mengenalnya sebagai seorang muslim, karena ia tak pernah menunaikan sholat. Realita
pahit ini anda bisa lihat di pasar-pasar, mall-mall, kantor-kantor dan lainnya;
banyak diantara orang yang mengaku muslim, tapi tak sholat jum’at.
Orang yang seperti ini berhak memperoleh ancaman yang disebutkan oleh
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya,
مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ
تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ
“Barangsiapa yang
meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, karena ia meremehkannya, maka
Allah akan menutup hatinya”. [HR. Abu Dawud (no. 1052), At-Tirmidziy (no. 500), dan An-Nasa'iy (no.
1368). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih
At-Targhib (no. 727)]
Seorang yang telah tertutup hatinya akan susah menerima nasihat, dan
tidak akan mendapatkan hidayah. Bahkan terkadang nasihat dianggap celaan,
kebaikan dianggap keburukan; atau sebaliknya. Orang yang suka meninggalkan
sholat jum’at dan sibuk dengan urusan dirinya akan mudah terseret menuju lembah
kemunafikan. Inilah yang disinyalir oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah sabdanya,
مَنْ تَرَكَ الْجُمْعَةَ
ثَلاَثًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَهُوَ مُنَافِقٌ
“Barangsiapa yang meninggalkan
sholat jum’at sebanyak tiga kali, tanpa ada udzur, maka ia adalah munafik”. [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya
dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya. Lihat Shohih At-Targhib
(1/451)]
Seorang yang meninggalkan
sholat, baik itu sholat wajib lima waktu, maupun sholat Jum’at, akan terancam
kafir. Sebab jika mudah melanggar dan meninggalkan hak Allah (yakni, sholat),
maka ia akan mudah melakukan pelanggaran sebagaimana hal ini terlihat dalam
realita.
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam mengancam orang yang
meninggalkan sholat,
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dengan
mereka (kaum munafik) adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka
sungguh ia telah kafir”. [HR. At-Tirmidziy (2621), An-Nasa'iy (462), dan
Ibnu Majah (1079). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij
Al-Misykah (no. 574)]
Seorang ulama tabi’in, Abdullah
bin Syaqiq Al-Uqoiliy Rahimahullah berkata,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرَوْنَ شَيْئًا مِنْ الْأَعْمَالِ
تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلَاةِ
“Dahulu para sahabat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam tidaklah memandang suatu amalan
sebagai kekafiran karena meninggalkannya, selain sholat”. [HR. At-Tirmidziy (no. 2622).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ats-Tsamr
Al-Mustathob (1/52)]
Ulama Negeri India, Al-Imam
Al-Mubarokfuriy
Rahimahullah berkata, “Bahkan ucapan Abdullah bin Syaqiq ini berdasarkan lahiriahnya,
menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dahulu meyakini
bahwa meninggalkan sholat adalah kekafiran. Yang tampak dari konteks ini bahwa
pernyataan ini telah disepakati oleh para sahabat”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy
(7/406)]
Ini merupakan ancaman keras bagi
orang-orang yang malas menunaikan sholat; ia diancam dengan kekafiran, Na’udzu
billah. Di hari kiamat nanti ia akan dikumpulkan bersama para pembesar
kekafiran. [Lihat Ats-Tsamr Al-Mustathob (hal. 52-53)]
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ
لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ
عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
“Barangsiapa
yang memelihara sholatnya, niscaya sholatnya akan menjadi cahaya, hujjah, dan
keselamatan baginya di hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia
tak akan memiliki cahaya, hujjah, dan keselamatan. Di hari kiamat kelak akan
bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubaiy bin Kholaf”. [HR.
Ahmad dalam Al-Musnad (2/169), Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (no.
2/301), Ath-Thohawiy dalam Al-Musykil (no. 3180 & 3181), dan Ibnu
Hibban dalam Shohih-nya (no. 1467). Hadits ini di-hasan-kan oleh
Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 578)]
Orang
yang suka meninggalkan sholat akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama Qorun
yang dilalaikan oleh hartanya, Fir’aun yang dilalaikan oleh kekuasaannya, Haman
yang dilalaikan oleh ilmu dunianya. Karena banyak diantara manusia yang
meninggalkan sholat akibat ia dilalaikan oleh kekuasaan, harta, dan ilmu
pengetahuannya!!!
Banyak
orang yang meninggalkan sholat demi meraih keuntungan dunia yang semu sehingga
seakan dunia adalah tujuan akhirnya. Padahal dunia hanyalah persinggahan
sementara, lalu kita akan melanjutkan perjalanan menuju akhirat, dan sebelumnya
kita akan disambut oleh alam kubur.
Sedang
sebaik-baik bekal ketaqwaan seorang hamba muslim di alam kubur dan di akhirat
adalah sholatnya. Sholat ini jika dibandingkan dengan dunia dan segala isinya,
maka dunia tak ada nilainya.
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda saat melewati
sebuah kubur,
رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى
هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ
“Dua
raka’at lebih dicintai oleh penghuni kubur ini dibandingkan seluruh dunia
kalian”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Awsath (no.
907). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy Rahimahullah dalam Ash-Shohihah (no. 1388)]
Para
pembaca yang budiman, bila anda mau mengetahui nilai Islam dan kecintaan
seseorang kepadanya, maka lihatnya kepada sholatnya.
Al-Imam
Ahmad bin Hambal Asy-Syaibaniy Rahimahullah berkata,
“Hanyalah bagian mereka dari Islam sesuai bagian mereka dari sholat.
Kecintaan mereka terhadap Islam adalah berdasarkan kadar kecintaan mereka
terhadap sholat. Kenalilah dirimu –wahai hamba Allah-. Waspadalah jangan sampai
anda bertemu dengan Allah 'Azza wa Jalla sedang Islam tak ada nilainya di sisimu, karena nilai Islam dalam hatimu
seperti nilai sholat dalam hatimu”. [Lihat Al-Qoul Al-Mubin
fi Akhtho' Al-Mushollin (hal. 14)]
Banyak
diantara manusia yang melalaikan sholat, lebih betah duduk berjam-jam di café
dan warung, lebih bersabar melakukan upacara bendera, lebih kuat kakinya
berdiri melayani para pembeli dibandingkan sholat sepuluh atau lima belas
menit. Dia tak mengenal sholat, kecuali di hari jum’at, atau hari raya. Adapun
sisa-sisa hari dan umurnya, maka ia habiskan untuk dunianya.
Seakan-akan
ia adalah hewan ternak yang hidup bebas, tanpa beban dan tanggung jawab di
hadapan pemiliknya.
Dahulu
sholat adalah sesuatu yang amat berharga di sisi para sahabat dan pengikutnya
yang setia sampai mereka amat menyesal jika tertinggal sholat jama’ah. Tak ada
dalam lembaran sejarah mereka bahwa ada diantara mereka yang meninggalkan
sholat. Itulah generasi terbaik yang menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Kemudian
muncullah di zaman ini generasi pelanjut yang amat buruk. Generasi ini
melalaikan sholat, dan memperturutkan hawa nafsunya. Inilah yang disinyalir
oleh Allah dalam firman-Nya,
“Lalu
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya. Karenanya, mereka kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. Maka mereka itu akan
masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”. (QS.
Maryam : 59-60)
Bila
sholat saja mereka sia-siakan, maka pasti mereka akan lebih menyia-nyiakan
kewajiban lain. Karena sholat adalah tiang agama, dan pilarnya serta
sebaik-baik amalan para hamba. Mereka (generasi pelanjut ini) menuju kepada
keinginan-keinginan dunia dan berbagai kelezatannya, serta akan ridho (puas)
dengan dunia dan merasa tenang dengannya. Mereka itulah kelak akan menemui
kerugian di akhirat. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir
(5/243)]
Seorang
yang meninggalkan sholat akan tersesat jauh dari petunjuk agama dan segala
kebaikan yang bermanfaat baginya di akhirat. Dia lebih senang mengikuti selera
dan keinginannya. Waktunya banyak terbuang untuk perkara yang sia-sia, bahkan
dalam maksiat. Karenanya, mereka lebih senang menghabiskan waktunya di depan
televisi untuk menonton tayangan-tayangan haram ala pamer aurat. Mereka rela
meninggalkan sholat demi menyaksikan pertandingan sepak bola yang dilakoni oleh
kesebelasan idola mereka.
Meninggalkan
sholat merupakan sebab jauhnya seseorang dari kumpulan orang-orang baik, lalu
pada gilirannya memilih bergabung bersama orang-orang bejat, durhaka, atau
bahkan kafir. Merekalah kelak yang akan menemui kerugian dan penyesalan di
dalam neraka. Allah 'Azza wa Jalla berfirman
menjelaskan sebab hamba masuk Neraka Saqor; “Apakah
yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat” (QS.
Al-Muddatstsir : 42-43)
Para
pembaca yang budiman, salah satu akibat yang akan diterima oleh orang yang
meninggalkan sholat, hatinya akan ditutup oleh Allah, dan pada akhirnya ia akan
berubah menjadi munafik. Kalaupun ia sekali-kali sholat (misalnya, di hari
jum’at atau hari raya), maka ia tak sholat karena mencari pahala dari Allah,
tapi hanya untuk setor muka alias cari-cari muka agar orang lain tahu bahwa ia
juga sholat.
Sungguh
sial orang seperti ini!! Ketika di dunia ia diajak dan disuruh sholat, ia
enggan dan lebih senang berleha-leha dan menghabiskan waktu dibandingkan
menjawab panggilan adzan, tapi kelak nanti ia akan dihinakan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman; “Pada
hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; Maka mereka tidak
mampu (untuk bersujud), (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi
mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru
untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera”. (QS.
Al-Qolam : 42-43)
Ini
merupakan perintah yang mengandung kecaman bagi orang yang meninggalkan sholat.
An-Naqqosy Rahimahulla berkata;"Hal itu bukanlah pembebanan bagi mereka untuk bersujud, sedang mereka
tak mampu, tapi itu adalah kecaman bagi mereka akibat mereka meninggalkan sujud
(yakni, sholat saat ia di dunia)”. [Lihat Zaadul Masir (6/62)]
Hal
ini menjelaskan kepada kita bahwa meninggalkan sholat adalah dosa besar yang
akan mendapatkan hukuman berat di sisi Allah. Lantaran itu, hendaknya para
pemalas itu sadar dan bertobat, lalu bersegera menunaikan sholat, karena
mencari ridho Allah, bukan mencari perhatian manusia.
Ibnu
Hazm Al-Andalusiy Rahimahullah berkata, “Tak ada dosa setelah syirik yang lebih besar
dibandingkan meninggalkan sholat sampai keluar waktunya, dan juga membunuh
seorang mukmin, tanpa haq”. [Lihat Al-Kaba'ir (hal. 14), karya
Adz-Dzahabiy, dengan tahqiq Samir bin Amin Az-Zuhairiy, cet. Maktabah
Al-Ma'arif, 1421 H]
Terakhir
kami nasihatkan kepada seluruh kaum muslimin agar selalu memperhatikan
sholatnya. Sesibuk apapun, jangan lupa sholat!! Latihlah anak-anak
kalian menunaikan sholat. Perintahkanlah orang-orang yang ada di bawah asuhanmu
untuk mengerjakan sholat, dan wasiatilah mereka agar selalu sholat. Janganlah
anda membiarkan mereka lalai dan meremehkan sholat, karena ini adalah tanggung
jawab kita bersama.
Diterbitkan oleh : Booklet Al Bayan Edisi-01 Kota Raha Kab. Muna Prov. Sulawesi Tenggara
Penasehat: Ustadz Abdullah Al Munawy Hafidzahullah