Amalan Yang Tak Terputus
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2017/04/amalan-yang-tak-terputus.html
Segala puji hanya milik Allah Yang
mempunyai segala apa yang ada di langit maupun di bumi. Bagi-Nya segala pujian
di dunia maupun di akherat dan Dialah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.
Sesungguhnya manusia diciptakan di alam kehidupan ini bertujuan untuk beramal,
kemudian nanti akan dibangkitkan di hari kiamat untuk dibalas berdasarkan apa
yang telah mereka amalkan.
Maka manusia tidak
diciptakan sia-sia, juga tidak ditelantarkan begitu saja. Orang yang beruntung
adalah orang yang telah memberikan kebaikan untuk dirinya yang akan dia
dapatkan simpanannya di sisi Allah. Dan orang yang celaka adalah orang yang
yang memberikan kejelekan untuk dirinya yang akan mengakibatkan kesengsaraan.
Lihatlah kepada amal-amalmu, dan mawas
dirilah sebelum datang ajalmu, karena kematian menandakan terputusnya amalan
dan merupakan permulaan menuai balasan. Kematian begitu dekat namun kalian tak
mengetahui kapan datangnya. Dan perhitungan amal sangat teliti namun kalian tak
mengetahui kapan saatnya. Rambut beruban telah memberikan tanda peringatan akan
kematian, maka bersiaplah menghadapinya. Kematian teman karib seseorang menandakan
dekatnya kematian dirinya. Ingatlah kematian, beramallah untuk menghadapi masa
sesudahnya yang pasti kalian akan datang menemuinya dan menetap di sana. Jangan
sampai dilalaikan dengan sesuatu yang kalian datangi tapi akan segara kalian
tinggalkan. Jangan tertipu dengan impian-impian panjang lalu menjadi lupa
dengan kedatangan ajal. Berapa banyak orang yang mendambakan sesuatu lalu tidak
bisa dia dapatkan. Berapa banyak orang yang hidup dalam waktu paginya suatu
hari, lalu tak menemui waktu sorenya; atau mengalami sorenya suatu malam namun
tak menemui paginya. Berapa banyak orang ketika datang ajalnya berangan untuk ditunda
beberapa saat lagi agar dia bisa memperbaiki kesalahannya serta melakukan apa
yang telah dia lupakan. Maka dikatakan padanya : “Mustahil, apa yang kau
harapkan telah berlalu, kami telah memperingatkanmu sebelumnya dan kami telah
ancam kamu bahwa tidak ada waktu lagi untuk kembali”. Allah kberfirman
(yang artinya) :
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
lalu ia berkata : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Munafiqun : 9-11)
Sebenarnya
seseorang itu terhenti amalnya tatkala datang kematiannya. Tetapi ada beberapa
amalan yang dilakukan pada saat hidupnya dan manfaatnya terus-menerus dipakai,
maka pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya meskipun temponya
berlangsung lama. Dan itu berbentuk segala usaha kebaikan yang bisa bermanfaat
bagi manusia ataupun binatang ternak; seperti wakaf-wakaf untuk kebaikan,
pohon-pohon berguna yang berbuah, sumber-sumber air minum, membangun
masjid-masjid dan madrasah, anak keturunan yang shalih, mengajarkan ilmu bermanfaat
dan mengarang kitab-kitab yang berfaedah.
Di dalam As Shahih
diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
“Apabila
seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara
: shadaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan
kepadanya”.
Hadits ini
menunjukkan terputusnya amalan seseorang itu dengan kematiannya, dan waktu
untuk beramal adalah selama dia masih berada dalam kehidupannya. Maka wajib
bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari sikap lalai dan membuang-buang
waktu, dan hendaklah bersegera melakukan ketaatan sebelum datang kematian,
tidak mengakhirkannya sampai waktu yang mungkin tidak bisa dia gapai.
Dalil-dalil yang menunjukkan perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan,
bersegera dalam melakukan ketaatan dan bercepat-cepat untuk melakukan amalan
banyak, menandakan bahwa kalau tidak segera dikerjakan hal itu akan luput dari
tangan kita.
Hadits tadi
menunjukkan dikecualikannya amalan kebaikan yang terus bisa dimanfaatkan
setelah meninggalnya orang yang melakukannya, tidak terputus dengan kematian
dia. Bahkan pahalanya akan terus mengalir selama bermanfaat meskipun bisa
bertahan sampai lama.
Perkara-perkara itu
adalah :
Pertama :
shadaqah jariyah.
Para ulama telah
menafsirinya dengan wakaf untuk kebaikan. Seperti mewakafkan tanah, masjid,
madrasah, rumah hunian, kebun kurma, mushaf, kitab yang berguna, sumber-sumber
air minum berupa sumur, bak, kran-kran minum dengan pendingin, dan lain
sebagainya. Disini merupakan dalil disyariatkannya mewakafkan barang yang
bermanfaat dan perintah untuk melakukannya, bahkan itu termasuk amalan yang
paling mulia yang bisa dilakukan seseorang untuk kemuliaan dirinya di akhirat.
Yang pertama ini bisa dilakukan oleh para ulama maupun orang awam.
Kedua : ilmu
yang bermanfaat.
Hal ini bisa
dilakukan dengan cara seseorang mengajarkan ilmu kepada manusia perkara-perkara
agama mereka. Ini khusus bagi para ulama yang menyebarkan ilmu dengan cara
mengajar, mengarang dan menuliskannya. Orang yang awam juga bisa melakukannya
dengan cara ikut serta di dalamnya berupa mencetak kitab-kitab yang bermanfaat
atau membelinya lalu menyebarkannya atau mewakafkannya. Juga membeli mushaf
lalu membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan atau meletakkannya di
masjid-masjid. Hal ini menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu dan
mengajarkannya, menyiarkannya dan menyebarluaskan kitab-kitabnya agar bisa
mengambil manfaat sebelum dan sesudah kematian dia.
Manfaat ilmu akan
tetap ada selama di permukaan bumi ini masih ada seorang muslim yang sampai
kepadanya ilmu tersebut. Berapa banyak ulama yang meninggal semenjak ratusan
tahun yang lalu tetapi ilmunya masih ada dan dimanfaatkan melalui kitab-kitab
yang telah dikarangnya lalu dipakai dari generasi ke generasi sesudahnya dengan
perantara para muridnya kemudian para pencari ilmu setelah mereka. Dan setiap
kali kaum muslimin menyebutkan nama dia, mereka selalu mendoakan kebaikan dan
mendoakan agar Allah merahmati dia. Ini adalah fadhilah dari Allah yang
diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Berapa banyak generasi yang
diselamatkan Allah dari kesesatan dengan jasa seorang alim, maka alim itu
mendapatkan seperti pahala orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.
Ketiga : anak
shalih
Anak shalih baik
laki-laki maupun perempuan, anak kandung maupun cucu, akan terus mengalir
kemanfaatan mereka untuk para orang tua berkat doa baik yang diterima Allah
untuk ibu bapak mereka. Juga shadaqah yang dilakukan anak-anak shalih untuk
orang tua, juga hajinya, bahkan doa yang diucapkan orang yang pernah
mendapatkan kebaikan dari anak-anak tersebut. Seringkali orang yang mendapatkan
kebaikan dari seseorang dia mengatakan : “Semoga Allah merahmati orang tuamu
dan mengampuni mereka”.
Disini juga
menunjukkan anjuran untuk menikah, dengan tujuan untuk mendapatkan anak yang
shalih, dan melarang dari membenci banyaknya anak. Sebagian manusia kadang
terpengaruh dengan propaganda-propaganda sesat sampai dia membenci banyaknya
anak dan berusaha untuk membatasi kelahiran atau bahkan mengajak orang lain
melakukan hal yang sama. Ini dikarenakan kebodohan mereka terhadap ilmu agama
dan ketidaktahuan mereka tentang hasil yang akan didapatkan nanti, serta
disebabkan karena lemahnya iman.
Dalam hadits tadi
juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar menjadi shalih dan menumbuhkan
mereka dalam ajaran Islam dan dalam keshalihan agar mereka menjadi generasi
yang shalih buat orang tua mereka yang nantinya mendoakan kebaikan kepada
mereka setelah meninggal. Dan terus menerus kebaikan pahala akan mengalir
meskipun telah terputus amalan orang tua.
Pada zaman ini banyak
sekali orang yang melalaikan permasalahan tersebut. Tidak memperhatikan kepada
pendidikan anak-anaknya, justru mendidik anaknya agar rusak, dan tidak berusaha
untuk memperbaikinya. Melihat anak-anaknya melakukan larangan dan meninggalkan
kewajiban serta meninggalkan shalat, dia tidak memerintahkan mereka atau
melarang. Atau melihat anak-anaknya bermain di jalanan, bergaul dengan
teman-teman jelek, bahkan kadang pergi ke tempat-tempat yang disitu ada
kerusakan, sama sekali tak menjadi pikirannya. Padahal kalau anaknya merusakkan
salah satu benda yang dimilikinya, dia pasti akan menjadi lelaki tegas dan
pahlawan pembela, membela harta dunianya namun sama sekali tak membela
agamanya. Perhatiannya hanya untuk perbaikan harta dan tidak ada perhatian
untuk kebaikan anak-anak dalam hidupnya, bagaimana setelah mati?
Maka bertaqwalah
kalian wahai para bapak dalam perkara yang berkenaan dengan anak-anakmu agar
mereka menjadi simpanan untukmu dan jangan sampai mereka menjadikan kalian
rugi. Ketahuilah bahwa keshalihan anak tak akan terwujud begitu saja tanpa
mengupayakan sebab, tanpa kesabaran dan kesusahan.
Hadits diatas juga
menunjukkan bahwa anak disyariatkan mendoakan orang tuanya bersamaan dengan doa
untuk dirinya di dalam maupun di luar sholat. Dan ini termasuk perbuatan
berbakti yang akan terus ada setelah meninggalnya para orang tua.
Perkara-perkara yang tersebut di dalam hadits tadi adalah inti dari firman Allah k:
Perkara-perkara yang tersebut di dalam hadits tadi adalah inti dari firman Allah k:
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan”.
(QS Yaasiin : 12)
Apa yang telah mereka
kerjakan disini maksudnya adalah apa yang mereka lakukan secara langsung dalam
hidupnya berupa amal-amal yang baik maupun yang buruk. Sedang bekas-bekas yang
mereka tinggalkan maksudnya hasil dari amalannya yang terus terwujud setelah
kematiannya yang baik maupun yang buruk.
Bekas-bekas amalan
yang sampai kepada seorang hamba setelah meninggalnya ada tiga perkara :
(1). Amal shalih yang dilakukan orang lain sebagai
hasil upaya si mayit, berupa dakwah dan pengarahannya kepada orang itu sebelum
meninggal.
(2). Beberapa perkara yang
digunakan orang lain berupa usaha-usaha kebaikan yang bermanfaat yang telah
didirikan si mayit sebelum dia meninggal. Atau wakaf yang diwakafkannya pada
saat masih hidup yang kemudian diambil hasilnya setelah dia meningga dunia.
(3). Amalan-amalan
yang dilakukan orang yang masih hidup kemudian pahalanya dihadiahkan kepada si
mayit berupa doa, shadaqoh dan amalan kebajikan yang lain.
Ibnu Majah v meriwayatkan :
Ibnu Majah v meriwayatkan :
“Sesungguhnya amal kebaikan yang akan sampai kepada mayit setelah
meninggalnya adalah : ilmu yang dia sebarkan, anak shalih yang dia tinggalkan,
mushaf yang dia wariskan, masjid yang dia dirikan, rumah yang dipakai para
musafir yang telah dia bangun, sungai yang dia alirkan, atau shadaqoh yang dia
keluarkan dari hartanya pada saat dia masih hidup dan sehat, semua akan sampai
kepadanya setelah dia meninggal”.
Maka berusahalah -semoga
Allah merahmatimu-, untuk mengerahkan semua sebab dan melakukan amalan yang
bermanfaat yang akan terus ada manfaatnya dan mengalir pahalanya setelah
wafatmu, Allah kberfirman :
“Harta dan anak-anak shaleh adalah perhiasan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS Al Kahfi : 46)
Semoga Allah kmemberikan
shalawat dan salam kepada Muhammad, keluarga dan shahabatnya.
Sumber: Booklet Al Bayan Edisi 04: