Ucapan Yang Paling Baik
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
https://ahlussunnah-muna.blogspot.com/2017/05/ucapan-yang-paling-baik.html
Sesungguhnya
sebaik-baik perkara yang sepantasnya digunakan oleh seorang hamba dalam
berzikir mengingat Allah l adalah firman-Nya. Firman Allah l
merupakan
ucapan terbaik, terindah, paling benar dan paling bermanfaat. Ia adalah wahyu
dari Allah l yang
tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Ia adalah kitab paling utama yang Allah l turunkan kepada rasul
paling utama, hamba pilihan dan sebaik-baik makhluk-Nya, Muhammad ﷺ.
Allah l berfirman menerangkan
kemuliaan dan keutamaan Al-Quran al-Karim:
“Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”
(QS. al-Furqaan:
33)
Ibnu Katsir v mengatakan, “Padanya
terdapat perhatian yang besar terhadap Rasulullah ﷺ. Karena malaikat datang kepada beliau untuk menyampaikan
Al-Quran, di pagi atau petang hari, ketika mukim atau safar. Sehingga dalam
berbagai kesempatan, datang kepadanya malaikat untuk menyampaikan Al-Quran.
Tidak seperti keadaan kitab-kitab sebelum Al-Quran.
Ini adalah kedudukan yang paling mulia,
tinggi dan agung daripada segenap para nabi saudara-saudara beliau. Semoga
shalawat dan salam Allah l atas mereka semua. Maka
Al-Quran adalah kitab paling mulia yang Allah l turunkan, dan Muhammad ﷺ adalah
nabi paling agung yang diutus oleh Allah l.” (Tafsir Al-Quran al-Azhim 6/118)
Sesungguhnya keutamaan
Al-Quran al-Karim, kemuliaan, ketinggian derajat dan kedudukannya adalah
perkara yang tidak tersembunyi bagi kaum muslimin. Ia adalah kitab Allah l,
Rabb alam semesta; ucapan Pencipta seluruh makhluk. Di dalam Al-Quran terdapat
berita tentang umat sebelum kita, umat setelah kita, dan hukum yang harus
ditegakkan di antara kita.
Al-Quran adalah pemutus
perkara, bukan senda gurau. Barangsiapa meninggalkannya karena sombong, niscaya
Allah l akan
membinasakannya. Barangsiapa mencari petunjuk dari selainnya, niscaya Allah l
akan
menyesatkannya. Al-Quran adalah tali Allah
l
yang kuat, zikir yang penuh hikmah, dan jalan yang lurus. Al-Quran tidak akan
menyimpangkan jiwa, tidak akan mengaburkan ucapan, dan para ulama tidak akan
pernah berhenti mengkajinya.
Al-Quran tidak akan
usang dengan banyaknya bantahan, dan tidak akan habis keajaibannya. Barangsiapa
berkata dengan dasar Al-Quran, ia telah benar. Barangsiapa mengamalkan
Al-Quran, akan diberi pahala. Barangsiapa menetapkan hukum dengannya, ia telah
berlaku adil. Dan barangsiapa menyeru orang lain kepada Al-Quran, ia telah
diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Kemuliaan dan keutamaan
Al-Quran sesuai dengan keutamaan dan kemuliaan Dzat yang menurunkannya. Ia
adalah Kalam Allah l, dan sifat-Nya.
Sebagaimana tidak ada yang serupa dengan Allah l
dalam
nama dan sifat-Nya, tidak ada pula yang serupa dengan-Nya dalam ucapan-Nya.
Maka Allah l memiliki
sifat kesempurnaan yang mutlak dalam zat, nama dan sifat-Nya.
Tidak ada sesuatupun
dari makhluk-Nya yang serupa dengan Allah l, dan Dia tidak
menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya. Maha Tinggi dan Maha Suci Allah dari
keserupaan dan kemiripan. Allah l berfirman:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat” (asy-Syura: 11)
Perbedaan ucapan Allah l
dengan
ucapan makhluk seperti perbedaan Sang Pencipta dengan yang diciptakan.
Abu Abdurrahman
as-Sulami v mengatakan: “Keutamaan
Al-Quran atas seluruh perkataan seperti keutamaan Allah l
atas
seluruh makhluk-Nya.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi v
dalam
al-Asmaa wa ash-Shifaat 1/504)
Ucapan ini ada yang
meriwayatkannya secara marfu’ sampai kepada Nabi ﷺ, akan tetapi yang
demikian tidak shahih sebagaimana diterangkan oleh Imam al-Bukhari v dalam Kitab-nya Khalq
Af’aal al-‘Ibaad. Adapun maknanya adalah benar tanpa ada keraguan padanya dalam
kebaikan, kelurusan dan keindahan kandungannya.
Para ulama menguatkan
keshahihan makna ucapan ini dengan beberapa nas. Bahkan Imam al-Bukhari v
menjadikannya sebagai judul salah satu tema dalam bab-bab keutamaan Al-Quran
dalam kitabnya. Beliau menuliskan pada bab ketujuh belas, Bab Keutamaan
Al-Quran atas Seluruh Ucapan. Beliau membawakan dalam bab ini dua hadits yang
mulia:
u Nabi
ﷺ bersabda, “Permisalan
orang yang membaca Al-Quran, seperti buah utrujjah, rasanya manis dan baunya
harum. Sedangkan yang tidak membaca Al-Quran seperti buah kurma, rasanya manis
namun tidak ada baunya. Dan permisalan orang jahat yang membaca Al-Quran seperti
raihanah, baunya harum namun rasanya pahit. Sedangkan permisalan orang jahat
yang tidak membaca Al-Quran seperti hanzhalah, rasanya pahit dan tidak ada
baunya.” (HR. al-Bukhari v no. 5020 Muslim v no. 797)
Ibnu Katsir v
mengatakan,
“Ini adalah penjelasan ringkas yang mengandung pelajaran berharga untuk Kitab
Fadhail Al-Quran dalam Shahih al-Bukhari. Sisi kesesuaian bab ini dengan hadits
di atas adalah bahwa ada tidaknya aroma wangi itu bergantung pada dibaca atau
tidaknya Al-Quran. Hal ini menunjukkan kemuliaan Al-Quran dari perkataan
lainnya yang keluar dari orang baik maupun orang jahat.” (Fadhail Al-Quran Hal.
101).
Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya kemuliaan kalian dibanding dengan kemuliaan umat yang
terdahulu adalah seperti waktu shalat Ashar dan terbenamnya matahari.
Permisalan kalian dengan Yahudi dan Nasrani adalah seperti seseorang yang
mempekerjakan seorang tukang.
Ia berkata: “Siapa yang
mau bekerja untukku sampai tengah hari dengan bayaran satu qirath?” maka
Yahudi mau melakukannya. Kemudian orang itu berkata lagi, “Siapa yang mau
bekerja untukku dari tengah hari sampai waktu Ashar?” maka Nasrani mau
melakukannya. Kemudian kalian bekerja dari Ashar sampai Maghrib dengan bayaran
dua qirath.
Maka mereka berkata: “Kami
bekerja banyak tapi dengan bayaran yang sedikit.” Ia menjawab: “Apakah aku
telah berbuat zalim berkenaan dengan hak kalian?” Mereka berkata: “Tidak.”
Ia berkata: “Demikianlah keutamaan dariku, aku memberikannya kepada siapa
yang aku inginkan.” (HR. al-Bukhari v no. 5021)
Ibnu Katsir v mengatakan: “Sisi
kesesuaian hadits ini dengan tema pembahasan ialah bahwa umat ini, dengan waktu
yang pendek, lebih utama daripada umat sebelumnya dengan waktu yang panjang.
Sebagaimana Allah l firmankan:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imraan: 110)
Dalam al-Musnad dan kitab-kitab Sunan
disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalian memenuhi tujuh puluh umat. Kalian adalah yang paling baik dan paling
mulia di sisi Allah.” (al-Musnad 5/3, at-Sunan Tirmidzi 3001)
Sesungguhnya kaum
muslimin bisa beruntung seperti itu dengan sebab keberkahan Al-Quran yang telah
Allah l muliakan dari kitab lain yang diturunkan. Allah
l menjadikan
Al-Quran sebagai pengoreksi, penghapus dan penutup kitab-kitab tersebut. Sebab
kitab-kitab terdahulu diturunkan ke bumi dalam satu waktu sekaligus, sedangkan
Al-Quran turun secara bertahap sesuai dengan keadaan yang ada. Sehingga setiap
kali turun ayat/surat dalam Al-Quran, ia seperti turunnya satu kitab dari
kitab-kitab sebelumnya.
Umat terdahulu yang
paling mulia adalah Yahudi dan Nasrani. Umat Yahudi, Allah l hadirkan sejak zaman
Nabi Musa q sampai Nabi Isa
q. Umat Nasrani
Allah l hadirkan dari
zaman Nabi Isa q sampai Nabi
Muhammad ﷺ.
Kemudian Umat Nabi
Muhammad ﷺ
Allah l hadirkan
sampai hari kiamat. Maka seakan-akan, ia serupa dengan akhir hari. Allah l
memberikan
dua umat terdahulu masing-masing satu qirath, sedangkan umat ini dua qirath.
Dua kali lipat daripada yang diberikan kepada mereka.
Maka mereka berkata: “Wahai Rabb
kami, mengapa kami beramal banyak namun diberi sedikit pahala?” Allah l
menjawab: “Apakah Aku telah berbuat zalim berkenaan
dengan pahala kalian?” Mereka menjawab: “Tidak.” Maka
Allah l berkata: “Demikianlah
keutamaan-Ku.”
Sebagaimana Allah l berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua
bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat
berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kami terangkan yang
demikian itu supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat
sedikitpun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan
bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS.
al-Hadid:
28-29) (Fadhail Al-Quran Hal. 102-103)
Kita memohon kepada
Allah l agar
Dia menumbuhkan di hati kita kecintaan, pengagungan dan pemulian terhadap
Al-Quran, serta memberi kita taufiq untuk mengamalkannya.
Sumber: Fiqh al-Ad’iyah wa Al-Adzkaar,
DR. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr
& Sumber : Buletin Dakwah Jumat AS-SUNNAH Ed.126